Kamis, 16 April 2020

Jenis dan Faktor yang Memengaruhi Mobilitas Sosial

Wawan Setiawan Tirta
Mobilitas berasal dari kata mobility, yang artinya pergerakan atau berpindah posisi dari satu tempat ke tempat lainnya. Mobilitas sosial adalah perubahan posisi seseorang dalam masyarakat. Menurut Soerjono Soekanto (249 ; 2005) gerak sosial atau social mobility diartikan sebagai suatu gerak dalam struktur sosial (social structure), yaitu pola-pola tertentu yang mengatur organisasi suatu kelompok sosial.

Seorang pengangguran pasti tidak akan betah dengan keadaannya. Padahal kebutuhan hidupnya akan selalu ada dan bertambah. Ia akan berpikir keras dan berusaha untuk dapat keluar dari keadaan tersebut. Mulailah ia berdagang kecil-kecilan untuk mendapatkan penghasilan. Dalam dirinya akan timbul ketidakpuasan dengan apa yang diperolehnya. Ia akan berusaha keras untuk meningkatkan usaha dagangnya dengan harapan akan meningkat pula penghasilannya.

A. Jenis-Jenis Mobilitas Sosial
Jenis-jenis mobilitas sosial yang prinsipil ada dua macam, yaitu mobilitas horizontal dan mobilitas vertikal

1. Mobilitas Horizontal
Mobilitas horizontal merupakan peralihan individu atau objek-objek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang dalam mobilitas sosialnya. Mobilitas sosial horizontal dalam masyarakat banyak sekali terjadi. Perpindahan horizontal dapat berupa:
  1. Tingkatan atau status. Misalnya seorang menteri dalam kabinet sekarang menjadi menteri pula dalam kabinet sebelumnya. Artinya, pada menteri tersebut tidak terjadi peningkatan atau penurunan tetapi perubahan dalam status atau tingkatan yang sama. Mobilitas sosial yang berkaitan dengan status atau tingkatan pada posisi sosial yang sama ini dinamakan dengan mobilitas sosial horizontal.
  2. Wilayah. Di kota orang bekerja pun pergi ke kantor dan kembali ke rumah. Semua kegiatan tersebut diartikan sebagai mobilitas horizontal. Perpindahan penduduk secara permanen seperti pindah tempat tinggal juga merupakan contoh mobilitas sosial horizontal. Pada zaman sekarang dengan dukungan dari sarana transportasi yang modern frekuensi terjadinya mobilitas sosial horizontal sangat tinggi

2. Mobilitas Vertikal
Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan individu atau objek-objek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, mobilitas sosial vertikal dapat dibagi menjadi dua, mobilitas vertikal ke atas (climbing mobility) dan mobilitas sosial vertikal ke bawah (social sinking).
 yang artinya pergerakan atau berpindah posisi dari satu tempat ke tempat lainnya Jenis dan Faktor yang Memengaruhi Mobilitas Sosial
a. Mobilitas Vertikal Naik
Mobilitas vertikal naik. Mobilitas vertikal naik (climbing mobility) berarti terjadi perubahan kedudukan menjadi lebih tinggi. Pada mobilitas sosial vertikal naik akan mengubah status dan peran sosial seseorang. Mobilitas vertikal yang naik mempunyai dua bentuk utama, yaitu:
  1. Masuknya individu dengan kedudukan rendah ke kedudukan yang lebih tinggi. Contohnya seorang lurah yang karena prestasi kerjanya dinilai baik, maka diangkat menjadi camat. Kedudukan camat lebih tinggi dari lurah. Dengan jabatan atau kedudukan yang naik menjadi camat, maka kekuasaannya juga akan semakin besar.
  2. Pembentukan suatu kelompok baru, yang kemudian ditempatkan pada derajat yang lebih tinggi dari kedudukan individu-individu pembentuk kelompok tersebut. Contohnya pembentukan SPSI (Serikat Pekerja Seluruh Indonesia). Di mana dalam hal ini SPSI memiliki kedudukan yang lebih tinggi daripada para pembentuk dan pekerja-pekerja yang tergabung di dalamnya.
b. Mobilitas vertikal turun
Pada mobilitas sosial vertikal turun, terjadi penurunan tingkat sosial seseorang. Gerak sosial vertikal yang menurun juga mempunyai bentuk yang utama, yaitu:
  1. Turunnya kedudukan individu ke kedudukan yang lebih rendah derajatnya. Contohnya seorang pegawai negeri yang pensiun dari dinas aktif. Ia mengalami penurunan dari status pegawai negeri aktif menjadi pensiunan pegawai negeri.
  2. Turunnya derajat sekelompok individu yang dapat berupa disintegrasi kelompok sebagai kesatuan. Contohnya : Juventus terdegradasi ke seri B. akibatnya, status sosial tim pun turun.

Unsur-unsur lain yang dapat memengaruhi mobilitas sosial vertikal, di antaranya sebagai
berikut:
  1. Kekayaan dapat mengubah kedudukan sosial seseorang. Mungkin akan menjadi lebih kaya (naik) atau sebaliknya menjadi lebih miskin (turun).
  2. Kekuasaan dapat mengubah status atau kedudukan seseorang. Orang yang naik jabatan berarti kekuasaannya bertambah, artinya ia mengalami mobilitas vertikal atau naik. Sebaliknya orang yang turun jabatan akan menyebabkan kekuasaannya juga turun.
  3. Pendidikan menjadi penting dalam kehidupan individu. Artinya, dengan pendidikan maka seseorang akan naik status atau kedudukan sosialnya. Melalui pendidikan formal akan sangat mudah bagi kita untuk mengenali jenjang/tingkatan pendidikan seseorang, misalnya SD, SMP, SMA, ataupun perguruan tinggi.

B. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Mobilitas Sosial
Banyak faktor yang dapat memengaruhi terjadinya mobilitas sosial. Faktor-faktor tersebut antara lain status sosial, kondisi ekonomi, situasi politik, pertambahan penduduk, dan petualangan.
  1. Status sosial adalah tingkatan atau kedudukan sosial seseorang di masyarakat. Semakin tinggi status sosial seseorang, dia akan semakin dihormati. Karena biasanya orang yang berstatus sosial tinggi memiliki kekayaan, kekuasaan, dan peran sosial yang juga tinggi (besar). Oleh karena itu, semua orang akan selalu berusaha untuk mencapai status sosial yang lebih tinggi.
  2. Kondisi ekonomi mempunyai fungsi penting dalam memperoleh penghargaan masyarakat. Kekayaan menjadi simbol utama dari status sosial. Pada masyarakat tradisional, biasanya dihubungkan dengan upacara-upacara adat. Tidak jarang upacara adat memerlukan biaya besar dan yang mampu mengadakannya hanyalah orang-orang yang secara material mampu.
  3. Situasi politik bersifat dinamis, artinya setiap saat selalu berubah. Pada dunia modern di mana demokrasi dianggap sebagai acuan ketatanegaraan, maka politik menjadi pilihan yang sangat mudah untuk menaikkan status sosial seseorang ataupun suatu kelompok.
  4. Pertambahan penduduk yang terus berkembang menyebabkan kepadatan yang tinggi. Akibat dari kepadatan penduduk ini adalah: kemiskinan, pendidikan rendah, dan kesehatan rendah. Pada daerah yang berpenduduk padat, biasanya terdapat daerah kumuh (slums) yang identik dengan kehidupan miskin.
  5. Petualangan menyebabkan orang ingin tahu daerah lain. Oleh karena itu, ia melakukan perpindahan tempat sementara, sehingga terjadi mobilitas sosial horizontal. Petualangan bersifat sementara, karena hanya berlangsung beberapa saat. Salah satu bentuk petualangan adalah pariwisata.

C. Saluran Mobilitas Sosial
Untuk mempermudah terjadinya proses mobilitas sosial diperlukan beberapa saluran mobilitas. Saluran mobilitas ini akan mempercepat terjadinya perubahan kedudukan sosial.
  1. Perubahan Tempat Tinggal. Perubahan tempat tinggal berarti perpindahan dari tempat yang satu ke tempat yang lain. Dengan berpindah ke tempat lain berarti akan terjadi mobilitas sosial. 
  2. Perkawinan. Perkawinan dapat pula mengubah status sosial lainnya. Contohnya seorang wanita biasa yang menjadi istri pejabat misalnya bupati, maka ia otomatis akan menjadi orang yang dihormati sebagaimana istri pejabat. Ia akan ikut berubah status sosialnya. 
  3. Keanggotaan dalam Organisasi. Seseorang yang menjadi anggota organisasi misalnya partai politik, di masyarakat ia akan memiliki status yang lebih tinggi dari orang lain yang tidak ikut dalam organisasi.
  4. Tingkat Pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka akan semakin banyak dan luas ilmu dan pengetahuan yang dimiliki. Dengan bekal pendidikan yang semakin tinggi akan membuka kemungkinan untuk meningkatkan kedudukan atau jabatan dan pendapatan, karena akan lebih mudah dalam mencari pekerjaan.